Modul 1.1.h Demonstrasi Kontekstual
1.1.h. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.1 - Tujuan Pembelajaran Khusus pada Modul 1.1.h yaitu peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD yaitu Pendidikan yang Berpihak pada Murid sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal.
Anda diminta untuk mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD dalam sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, dll) dan mempublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang Anda praktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara. Karya Anda menjadi sebuah demonstrasi kontekstual bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dan diterapkan di kelas dan sekolah asal Anda.
Contoh Demonstrasi Kontekstual Modul 1.1 Upaya Mewujudkan Pendidikan yang Berpihak Pada Murid
1. Melalui Pendidikan dan Pengajaran :
Dalam pengajaran, guru memberikan ilmu pengetahuan yang akan menjadi dasar yang kuat untuk memahami dunia di sekitar mereka. Keterampilan yang diperoleh melalui metode pembelajaran yang beragam akan mempersiapkan anak untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Dengan pendidikan, nilai - nilai, karakter akan dipertebal agar mereka dapat mengambil keputusan yang tepat, bertindak dengan etika, dan berinteraksi secara positif dengan sesama. Dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang ditanamkan, murid diharapkan menjadi "benih" yang siap tumbuh dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
2. Melalui Pendidikan yang Menuntun
Dalam "menuntun", KHD menganalogikan guru sebagai petani atau tukang kebun. Petani memberi kebebasan benih untuk tumbuh tapi tetap mengupayakan agar benih dapat tumbuh dengan optimall.
Begitu juga guru, menuntun dan mengarahkan murid "benih" agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Ketika murid berbakat menggambar namun kurang pandai dalam bercerita, kita arahkan dia sesuai bakatnya. Kita arahkan dia di ekstrakurikuler seni rupa atau sejenisnya. Guru juga bisa memfasilitasi dia dengan menuangkan pemahaman yang telah iya dapat dalam bentuk gambar. Selaian itu murid bisa difasilitasi dalam lomba gambar. Upaya guru diperlukan agar potensi murid terarah dan dapat berkembang dengan baik.
3. Memperhatikan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada anak, KHD menegaskan bahwa anak perlu mencapai kekuatan kodratnya yang sesuai dengan alam dan zamannya. Oleh karena itu, guru harus menyajikan pembelajaran yang kontekstual, sesuai dengan lingkungan siswa.
Misalnya, bagi siswa yang tinggal di daerah pantai, pendidikan tentang pelestarian hutan bakau atau budidaya kepiting akan lebih relevan. Di sisi lain, bagi anak-anak di sekitar pegunungan, pendidikan tentang budidaya kentang, pemanfaatan air terjun, atau reboisasi akan lebih sesuai.
Selain itu, penting bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan zamannya. Saat ini, mereka dituntut untuk memiliki kecakapan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Seiring dengan perkembangan pesat dalam teknologi, informasi, dan komunikasi, guru harus mampu menyelaraskan pendidikan dengan tuntutan zaman. Dalam konteks ini, guru berperan penting dalam menyajikan pembelajaran yang relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman, sehingga siswa dapat siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.
4. Pendidikan Budi Pekerti
Seperti tumbuhan yang membutuhkan nutrisi dan perawatan untuk tumbuh dengan kuat, siswa juga memerlukan "pendidikan budi pekerti" sebagai nutrisi untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang optimal. Budi pekerti atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.
Contoh: Seorang siswa memiliki pengetahuan luas, keterampilan yang baik, serta penguasaan teknologi informasi, siswa yang tidak memiliki karakter yang baik dapat menyebabkan kerusakan pada diri sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan pendidikan karakter sejak dini
Selain itu, nilai-nilai baik yang terdapat dalam kebudayaan atau kearifan lokal di daerah siswa juga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi. Melalui partisipasi dalam kegiatan kebudayaan, kegiatan sosial, dan pengalaman nyata, karakter yang positif dapat tertanam dalam diri anak-anak sehingga mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang, bahagia, dan selamat.
5. Menerapkan Azas Trikon
Pendidikan yang berpihak pada murid menerapkan azas Trikon. Pembelajaran ini tidak terbatas pada ruang kelas, tetapi juga melibatkan kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Pendidikan harus mencakup berbagai aspek pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Pendekatan interdisipliner digunakan untuk menghubungkan disiplin ilmu yang berbeda dan menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata murid.
Dalam proses ini, murid dapat memahami keterkaitan antara konsep-konsep yang berbeda dan mengembangkan pemahaman yang holistik. Selain itu, pendidikan harus berakar pada bumi dan lingkungan tempat pendidikan berlangsung.
Pendekatan ini menghargai nilai-nilai budaya dan lingkungan lokal dalam proses pendidikan. Lingkungan sekitar murid menjadi sumber pembelajaran yang berharga dan menginspirasi pendidikan yang berfokus pada murid. Dengan melibatkan lingkungan sekitar, murid dapat memperkaya pengalaman belajar mereka dan mengembangkan rasa peduli terhadap lingkungan tempat mereka tinggal.
Demikian informasi tentang Modul 1.1.h Demonstrasi Kontekstual yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.
0 Response to "Modul 1.1.h Demonstrasi Kontekstual"
Post a Comment