Rangkuman Seni Rupa Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka
Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 Unit 3 "Apresiasi" Kurikulum Merdeka - Apresiasi berasal dari kata appretiatus (Latin) yang berarti penilaian atau penghargaan. Dalam bahasa Inggris berbunyi appreciate berarti menentukan nilai, melihat karya, menikmati lalu menyadari keindahan karya tersebut dan menghayatinya.
Menurut Albert R. Candler (Triadi: 2018), apresiasi adalah kegiatan mengartikan serta menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni, serta menjadi peka (sensitif) terhadap gejala estetis dan artistik, sehingga dapat menikmati dan menilai karya tersebut menurut semestinya. Motivasi seseorang melakukan aktivitas apresiasi adalah dalam rangka mencari pengalaman estetis berupa kepuasan kontemplatif dan intuitif.
Materi Unit 3 Seni Rupa Kelas 8 Kurikulum Merdeka
Subunit 3.1 : Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara
Pada masa pasca pleistosen di Indonesia berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat, yaitu tradisi serpih jikah, tradisi alat tulang dan tradisi kapak genggam Sumatra. Temuan peninggalan seni lukis terjadi 1950 oleh C. H. M. Heeren-Palm di gua Leang Pattae (Sulawesi Selatan), Gua Burung (oleh van Heekeren), di Gua Jarie (oleh C.J.H. Franssen), di Maluku, Muna, dan masih banyak lagi.
Keberadaan tradisi seni terapan dijelaskan dengan temuan benda gerabah dikenal manusia ketika manusia mulai mengenal kebudayaan bercocok tanam. Budaya seni gerabah tersebar di beberapa daerah seperti Kendenglembu (Banyuwangi), Kelapa Dua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), Danau Bandung, Paso (Minahasa) dan daerah lainnya.
A.N.J. Th. A. Th. Van Der Hoop dalam bukunya Indonesische Siermotieven (Ragam-ragam Perhiasan Indonesia, 1949) mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari provinsi Yunan (Tiongkok Selatan) yang bermigrasi pada 1500 SM.
Pada 500-300 SM kebudayaan perunggu memengaruhi pesatnya perkembangan motif hias. Di antaranya kebudayaan Dong Son yang datang dari Tiongkok, dengan ragam hias pilin, swastika maupun meander (Jawa: banji).
Kalau kita lihat ragam-ragam hias, kesenian, berbagai bangsa , berbagai suku bangsa, dari waktu ke waktu banyak yang mengalami kemiripan (kesamaan) dapat kita jelaskan melalui sejarah diffusi (penyebaran) penduduk. Namun begitu, dari sisi ilmu jiwa dapat dijelaskan bahwa jiwa manusia di mana pun pada dasarnya sama. Adolf Bastian (1826-1905), seorang ahli bangsa-bangsa dari Jerman, mengatakan kesamaan seperti itu dengan istilah elementargedanken.
Ragam seni rupa nusantara disebut sebagai ragam hias tradisional karena hidup dan dikembangkan secara turuntemurun sebagai tradisi, baik bentuk maupun nilai-nilai filosofisnya. Ragam hias (ornamen) tradisional nusantara biasanya berfungsi untuk menghias (memperindah) benda-benda pakai (fungsional).
Motif ragam hias tradisional nusantara dikelompokkan menjadi:
1. Motif geometris
a. Pilin
b. Pilin ganda
c. Swastika
d. Swastika ganda (Jawa: banji)
e. Kawung
f. Tumpal, dan sebagainya
2. Motif tumbuhan (flora)
3. Motif binatang (fauna)
4. Motif manusia
5. Motif alam
Subunit 3.2: Membandingkan 2 Karya Seni Rupa Seniman Indonesia
Apresiasi adalah penghargaan terhadap karya seni rupa dengan cara menghayati sekaligus memberi evaluasi dan kritik tanpa kehilangan rasa simpati terhadap karya tersebut. Sejarah seni rupa Indonesia adalah bentuk pembabagan perkembangan Seni Rupa Indonesia Modern, yaitu:
1) masa Perintisan (Masa Raden Saleh).
2) periode Indonesia Jelita/Indie Mooi (masa Basuki Abdullah, dkk).
3) masa Cita Nasional (masa S. Sudjojono dkk).
4) masa Pendudukan Jepang (Keimin Bunka Shidoso).
5) masa Sesudah Kemerdekaan.
6 masa Pendidkan Formal.
7) masa Seni Rupa Baru di Indonesia.
Membandingkan dua karya seni rupa seniman Indonesia dapat dilakukan dengan berbentuk sederhana, yaitu hanya membandingkan unsur dan prinsip yang diketahui yang dikemas dalam bentuk laporan. Berikut adalah contoh form laporan yang sederhana yang berisi:
1. Tahap Persiapan Perencanaan, yang berisi:
a. jenis karya yang akan dibandingkan,
b. sumber data
c. waktu pengambilan data
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data, berisi:
1) Judul karya
2) Bentuk/jenis karya
3) Nama seniman
4) Tahun penciptaan
5) Gaya/aliran karya
6) Media yang digunakan
7) Pesan yang terkandung
b. Pengolahan Data, berisi perbandingan 2 karya dari unsur-unsur di atas
3. Tahap Penarikan Kesimpulan. Berisi hasil perbandingan karya dua seniman Indonesia.
Secara singkat perkembangan (tahapan) seni rupa Indonesia Modern dan tokoh-tokohnya:
a. Masa Perintisan (masa Raden Saleh Syarif Bustaman)
b. Masa Indie Mooi ( masa kolonial, Basuki Abdullah)
c. Masa Cita Nasional (zaman perjuangan)
d. Masa Pendudukan Jepang
e. Masa Sesudah Kemerdekaan
f. Masa Pendidikan Formal
Subunit 3.3: Merefleksi Efektifitas Pesan dalam Karya Sendiri
Kegiatan refleksi karya sendiri adalah dalam rangka memberi kesadaran hubungan antara pengalaman dengan makna dari berbagai pembelajaran yang telah mereka lalui.
Kegiatan refleksi karya siswa dilakukan dengan pameran kelas, yaitu memajang karya-karya siswa di kelas. Karya yang dipajang merupakan hasil pembelajaran yang lalu, yang telah terkumpul dalam portofolio.
Demikian informasi tentang Rangkuman Seni Rupa Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.
0 Response to "Rangkuman Seni Rupa Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka"
Post a Comment