Rangkuman Seni Musik Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka
Ringkasan Materi Seni Musik Kelas 8 Unit 3 "Musik Mancanegara (Asia)" Kurikulum Merdeka - Capaian pembelajaran pada unit 3 ini yaitu Mengidentifikasikan, menyimak dan mengapresiasi berbagai bentuk dan jenis musik baik nasional dan internasional khususnya di Asia sesuai dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia. Mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama. Menjalani rutin dan kebiasaan baik dalam berkegiatan musik.
Materi Unit 3 Seni Musik Kelas 8 Kurikulum Merdeka
A. Ragam dan Lagu Musik Mancanegara (Asia Tenggara)
1. Pinpeat dari Kamboja
Musik Pinpeat berasal dari Kerajaan Kamboja dengan ibu kotanya Pnom Penh. Secara geografis Kamboja terletak berbatasan dengan Thailand, Laos, dan Vietnam. Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Budha. Ensambel Pinpeat merupakan ensambel musik yang berasal dari abad VII, dan tergambarkan pada relik dinding candi Angkor Watt, yang ditemukan pada tahun 2013.
Pada umumnya Pinpeat terdiri dari sekitar 9 instrumen dengan penyanyi dan paduan suara. Instrumen yang paling sering adalah Oneat (sebuah silofon); Kongvong (gong kecil melingkar); Samphor (drum berkepala ganda); dan Skor Thom (sebuah drum besar) (Tabuena, 2021).
2. Piphat dari Thailand
Piphat adalah musik tradisional yang sangat popular dan biasanya dimainkan pada saat mengiringi teater dan tarian tradisional Thailand. Musik Ensambel Piphat terdiri atas dua xylofone (ranat), oboe (pi), drum barel (klong) dan dua set gong lonceng yang diletakkan secara horisontal mengelilingi pemain musik (wong kong).
Piphat dapat dimainkan baik menggunakan palu keras atau dengan menggunakan palu empuk yang penggunaannya disesuaikan untuk di luar atau di dalam ruang. Ada beberapa jenis Ensambel piphat sesuai banyaknya pemain dan orkestrasi, dimana tiap jenis biasanya dikaitkan dengan tujuan upacara tertentu.
3. Hsaing Waing dari Burma
Hsaing Waing merupakan sebuah musik Ensambel tradisional ciri khas budaya Myanmar yang popular di negaranya. Musik Ensambel tradisional ini pada dasarnya menggunakan gong dan drum. Alat musik lain yang digunakan diantaranya adalah hne (sejenis seruling yang menggunakan sepasang batang gelagah), pat waing (satu set drum berjumlah 21 buah yang disusun melingkar), kyi waing (gong perunggu kecil dengan bingkai bundar), maung hsaing (gong perunggu yang lebih besar dengan bingkai persegi panjang), chauk lon pat (satu set drum 8 nada), serta si dan wa (lonceng dan anak lonceng).
Musik Hsaing Waing menggunakan skala pentatonik, mirip yang digunakan dalam permainan gamelan di Indonesia. Karakteristik Ensambel Hsaing Waing adalah musiknya yang sangat dinamis dengan unsur ritme, tempi dan melodi yang hidup dan perubahan yang kontras.
4. Agung & Kulintang dari Malaysia
Pada dasarnya musik tradisi Malaysia dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Musik tradisional dan musik rakyat yang berkembang sebelum era kolonial dan tetap ada dalam bentuk lagu, tarian, dan musik teater.
2. Musik Akulturasi yang berkembang selama dan setelah masa Portugis (abad XVI). Musik ini adalah melalui proses asimilasi berbagai macam unsur musik lokal dan Arab, Persia, India, China, dan musik barat.
Budaya dan musik Melayu pada awalnya berkembang di daerah Kelantan-Pattani. Musik ini pada dasarnya menggunakan instrumen perkusi, utamanya adalah gendang (drum). Di Malaysia Timur, kelompok musik seperti Agung dan Kulintang biasanya dimainkan pada saat upacara-upacara adat perkawinan dan kematian. Agung dan Kulintang juga terdapat dan dimainkan di wilayah daerah Filipina Selatan, Kalimantan, dan Brunei (Cadar, 1996).
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari deretan gong kecil yang diletakkan mendatar. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, menyebar di negara Filipina, Malaysia Timur/Kalimantan Utara, Indonesia Timur, dan Timor.
Di Indonesia, Kolintang dikenal sebagai alat musik yang berasal dari daerah Minahasa (Sulawesi Utara). Kayu yang dipakai untuk membuat Kolintang adalah kayu lokal yang ringan namun kuat. Khusus untuk bar kolintang (bagian yang dipukul), digunakan seperti kayu telur (Alstonia sp), kayu wenuang (Octomeles Sumatrana Miq), kayu cempaka (Elmerrillia Tsiampaca), kayu waru (Hibiscus Tiliaceus) dan sejenisnya yang mempunyai konstruksi serat paralel.
Menurut Kaseke, seorang pelestari alat musik kolintang di Sulawesi Utara, nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita ber-tong ting tang" adalah : "Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang (Kaseke, 2013).
Ragam Lagu dan Karya Musik Asia
1. Arirang dari Korea
Sebagai warisan budaya rakyat Korea yang telah hadir sangat lama, menurut Hyunjin Park, "Arirang" mempunyai beberapa versi yang penamaannya disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Misalnya "Jindo Arirang", "Miryang Arirang", "Jeongseon Arirang", dan "Seoul/Gyeonggi Arirang" (Park, 2011).
Arirang adalah merupakan sebuah nyanyian yang mereka kenal sejak kecil, di nyanyikan oleh nenek, ibu, dan menjadi sumber kreativitas dan kebanggaan mereka. Arirang menjadi identitas bangsa dan dianggap sebagai budaya bersama.
Versi yang paling tua menyebutkan bahwa "Arirang" adalah sebuah puisi kuno yang ditulis untuk memuji keutamaan Alyeong, istri pendiri kerajaan Silla, Park Hyeokeose, yang berkuasa dari 57 SM- 4 M (Hong, 2016).
Ada pula yang mengatakan bahwa "Arirang" berkaitan dengan proses restorasi Istana Gyeongbok selama pemerintahan Heungseon Daewongun (1820-1898) pada tahun 1860-an. Menurut versi ini, "Arirang" diambil dari bahasa China yang berarti "Aku meninggalkan kekasihku".
2. Sakura Sakura dari Jepang
Kata sakura itu berasal dari kata saku dalam bahasa Jepang, yang artinya mekar, ditambah akhiran yang menyatakan bentuk jamak ra. Kurang lebih berarti bunga-bunga mekar.
Melodi lagu "Sakura Sakura" telah terkenal sejak masa dinasti Meiji. Liriknya sendiri baru kemudian ditambahkan. Lagu ini menggunakan tangga nada pentatonis yang di sebut sebagai tangga nada In. Tangga nada In adalah tangga nada yang digunakan khusus oleh alat musik Koto dan Shamisen dari Jepang.
3. Mō Lì Huā dari China
Lagu ini merupakan sebuah lagu yang sangat terkenal bukan hanya di negara China saja namun hingga ke seluruh dunia. "Mō Lì Huā" diciptakan pada abad XVIII di masa Dinasti Qing (Jie, 2011).
Komposer terkenal dari Italia Giacomo Puccini (1859 – 1924), menggunakan motif melodi "Mō Lì Huā" ini di dalam karya terakhir operanya Turandot yang tidak terselesaikan. Demikian juga hampir seabad kemudian Kenny G seorang saxophonis dari Amerika memainkan "Mō Lì Huā" di dalam albumnya. Lagu "Mō Lì Huā" dinyanyikan pada upacara pembukaan Olympiade Beijing 2008, oleh artis penyanyi dunia Celine Dion dan Song Zuying.
4. Dahil Sa Iyo dari Filipina
"Dahil Sa Iyo" adalah lagu yang dikarang oleh Mike Velarde, Jr, khusus dibuat pada tahun 1938 untuk film Bituing Marikit dan dinyanyikan oleh Rogelio de la Rosa. Lagu yang bertema tentang percintaan ini ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Inggris, Spanyol, Jepang, dan China. Lagu ini adalah lagu yang paling disenangi oleh ibu negara Filipina terdahulu Imelda Marcos. Beliau sering sekali menyanyikan lagu ini, berduet dengan Presiden Ferdinand Marcos di acara-acara sosial dan umum.
Unsur-Unsur Musik
Bernyanyi Bersama Lagu Mancanegara (Asia)
Penala suara. Di dalam berlatih bernyanyi bersama, tentu saja dibutuhkan sebuah alat untuk menjadi standar ketinggian nada yang harus dinyanyikan oleh seluruh anggota paduan suara. Biasanya alat ini dipegang oleh pemimpin/pelatihan paduan suara. Ada beberapa alat yang dikenal seperti:
1. Garpu Tala (Tuning Fork). Garpu tala adalah sebuah instrumen yang mengeluarkan sebuah nada saja (mono). Ditemukan awal abad ke-18 oleh Sir John Shore I, Baron Teignmouth dari Inggris. Garpu tala semakin jarang digunakan karena:
a. Nada yang dihasilkan hanya 1 nada, maka pelatih atau dirigen harus mentransfer nada tersebut ke nada yang sesuai dengan lagu yang akan dibawakan.
b. Dirigen harus menguasai tangga nada dan dapat menyanyikan nada yang diminta dengan tepat. Dirigen juga harus memiliki kemampuan vokal yang cukup kuat untuk didengar oleh anggota paduan suara.
c. Volume suara yang dihasilkan sangat kecil, hanya dapat terdengar oleh dirigen atau orang yang membunyikannya.
d. Paduan suara sekarang ini banyak menggunakan musik pengiring seperti piano dan lain-lain, sehingga penyanyi paduan suara dapat mendengar nada dasar langsung dari musik pengiringnya.
Cara menggunakan cukup mudah, garpu tala dipegang di ujung, kemudian salah satu dari kedua belah pilah dipukulkan ke benda, misalnya meja atau siku pelatih, untuk menggetarkannya. Garpu tala kemudian didekatkan ke telinga dirigen atau pelatih untuk mendengarkan nada yang dihasilkan.
2. Stem Flute. Stem flute, merupakan salah satu alat penala suara yang cukup praktis dan popular saat ini. Hal ini karena beberapa hal.
a. Konduktor atau pelatih dapat langsung membunyikan nada sesuai dengan nada yang diinginkan tanpa harus mencari lagi nada dasar yang ingin disuarakan.
b. Suaranya cukup jelas terdengar bagi seluruh anggota paduan suara. Pelatih tidak perlu menyanyikan kembali nada yang diinginkannya.
c. Harganya relatif murah.
3. Metronome. Metronome berasal dari bahasa Yunani yaitu, métron = ukuran dan nemo = aturan. Alat ini menghasilkan suara klik yang berbunyi dengan jarak waktu atau pulse yang teratur dan dapat diatur oleh penggunanya, biasanya disebut dengan hitungan ketukan permenit/beats per minute (bpm).
Jenis metronome yang paling umum, adalah metronome mekanik yang menggunakan pendulum seperti pada jarum jam dengan pemberat yang bisa diatur ketinggiannya pada ujungnya. Semakin tinggi pemberatnya semakin lambat pula temponya. Pendulum tersebut, akan bergerak ke kiri-kanan, sementara mekanis di dalamnya akan memproduksi bunyi klik di setiap ketuknya.
Demikian informasi tentang Rangkuman Seni Musik Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.
0 Response to "Rangkuman Seni Musik Unit 3 Kelas 8 Kurikulum Merdeka"
Post a Comment