Rangkuman PPKn BAB 3 Kelas 11 Kurikulum Merdeka
Ringkasan Materi PPKn Kelas 11 Bagian 3 "Bhinneka Tunggal Ika" Kurikulum Merdeka - Pembelajaran yang ingin dicapai dalam bagian ini adalah kemampuan peserta didik untuk:
1. Menjelaskan pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional, dan global terhadap pembentukan identitas.
2. Menemukan manfaat dari pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung.
3. Memiliki kebanggaan terhadap kebinekaan, kearifan lokal, dan produk dalam negeri.
4. Mengelaborasi secara objektif sejumlah kasus yang merusak kebinekaan.
5. Menentukan dan memandang perlunya berespon terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik.
Materi PPKn Bagian 3 Kelas 11 Kurikulum Merdeka
A. Unit 1 Kita dan Masyarakat Global
Globalisasi berasal dari kata globalization. Global berarti mendunia, sementara ization adalah prosesnya. Dalam Encyclopaedia Britannica (2015) disebutkan kalau fenomena ini bukanlah situasi yang baru, karena banyak kerajaan maupun gerekan keagamaan yang telah menjalani proses globalisasi. Secara sederhana, kita bisa memaknai globalisasi ini sebagai proses masuknya ke ruang lingkup dunia (KBBI).
Banyak faktor yang mendorong terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi adalah di antaranya. Pengiriman barang dan jasa bisa dengan sangat mudah dilakukan. Inilah salah satu dampak positif dari globalisasi. Dampak positif lainnya adalah pengembangan ilmu pengetahuan, terjalinnya hubungan antarwarga dunia, informasi yang sedemikian mudah diakses, dan aspek-aspek lainnya.
Terdapat tiga respon yang bisa diberikan terhadap fenomena globalisasi ini:
1. Kelompok rejeksionis menolak produk globalisasi secara mentah-mentah karena dianggap tidak sesuai dengan identitas bangsa, dengan sikap superior terhadap kebudayaannya sendiri.
2. Kelompok yang menerima segala bentuk produk globalisasi tanpa melakukan filter apapun terhadapnya.
3. Kelompok yang bersikap adaptif, melakukan seleksi terhadap produk globalisasi dan melakukan refleksi kritis terhadapnya.
B. Unit 2 Kolaborasi Budaya
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural (majemuk) terbesar di dunia. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari agama, budaya, bahasa, etnis, dan adat istiadat. Kemajemukan Indonesia tergambar dalam lambang negara Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Keragaman dapat menjadi berkah jika dapat dikelola dengan baik. Ia dapat menjadi modal sosial (social capital) yang berharga bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, dapat menjadi bencana jika tidak dapat dikelola dengan baik. Keragaman berpotensi menimbulkan konflik antarmasyarakat. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk melestarikan keragaman Indonesia agar dapat menjadi modal sosial sekaligus mencegah potensi konflik di tengah masyarakat Indonesia.
Salah satunya adalah dengan melakukan kolaborasi budaya. Dengan adanya kolaborasi budaya, antara masyarakat satu dengan masyarakat lain yang berbeda budaya akan terjalin komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang yang berasal dari latar belakang sosial budaya yang berbeda. Dengan kata lain, komunikasi lintas budaya merupakan komunikasi yang para pesertanya berlatar belakang budaya berbeda dan terlibat kontak antara satu dengan yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
C. Unit 3 Interaksi Budaya Nusantara di Dunia
Dampak globalisasi terutama terkait dengan perkembangan teknologi informasi yang membuat dunia terasa semakin kecil dan saling terhubung. Globalisasi memungkinkan pertukaran budaya di tingkat internasional, namun juga dapat menimbulkan konflik budaya.
Individu tidak dapat lepas dari budaya tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan, sehingga pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding) menjadi penting dalam berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya lain. Sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia tidak dapat menghindari interaksi dengan bangsa dan negara lain. Oleh karena itu, fleksibilitas budaya diperlukan agar mampu mengadaptasi budaya luar yang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, tanpa kehilangan identitas keindonesiaan.
Penting untuk mengadopsi hal-hal yang lebih baik dari budaya lain sambil tetap mempertahankan tradisi dan nilai-nilai lokal. Kita dapat bekerja sama secara global untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan manusiawi, meskipun setiap bangsa memiliki keunikan budaya dan tradisi masing-masing. Adagium "think globally act locally" menjadi sikap moderat yang tepat dalam menghadapi globalisasi.
D. Unit 4 Merawat Tradisi Lokal dan Kebinekaan
Masyarakat dapat merawat bumi dengan cara memanfaatkan kearifan atau pengetahuan lokal. Di sekeliling kita, ada banyak tindakan serupa, pemanfaatan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam.
Pemanfaatan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam dapat dilakukan melalui beberapa cara yang melibatkan pengetahuan dan praktik tradisional yang telah terbukti berkelanjutan. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Penggunaan Metode Pertanian Tradisional: Mengadopsi metode pertanian tradisional yang ramah lingkungan seperti pola tanam tumpang sari, rotasi tanaman, dan penggunaan pupuk organik dari bahan alami seperti kompos.
2. Pelestarian Lahan dan Hutan Adat: Masyarakat lokal sering memiliki sistem adat untuk melindungi dan melestarikan hutan serta lahan-lahan yang memiliki nilai ekologis tinggi. Memperkuat dan menghormati praktik-praktik adat ini dapat membantu menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.
3. Konservasi Sumber Daya Alam: Masyarakat lokal sering memiliki pengetahuan yang kaya tentang sumber daya alam di sekitar mereka, termasuk tumbuhan obat-obatan, tanaman liar, dan fauna lokal. Pemanfaatan sumber daya ini dengan bijaksana dan berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga kelestarian alam.
4. Pengelolaan Air Bersih: Menggunakan teknik tradisional dalam pengelolaan air seperti pembangunan sumur-sumur tradisional, penggunaan sistem irigasi tradisional, dan pelestarian mata air serta sungai-sungai kecil dapat membantu menjaga ketersediaan air bersih dan ekosistem air yang sehat.
5. Penggunaan Energi Terbarukan: Mengadopsi teknologi energi terbarukan yang sesuai dengan lingkungan lokal seperti penggunaan energi surya, energi angin, atau hidrotenaga yang sesuai dengan kondisi geografis dan kearifan lokal.
6. Pengelolaan Limbah: Masyarakat lokal sering memiliki sistem pengelolaan limbah yang berbasis alam, seperti pengomposan limbah organik dan penggunaan limbah sebagai sumber energi alternatif atau bahan baku industri kreatif.
7. Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat: Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga kelestarian alam melalui pendekatan edukasi dan pemberdayaan komunitas untuk mengambil peran aktif dalam upaya konservasi.
Pemanfaatan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam adalah pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, yang menggabungkan pengetahuan dan praktik tradisional dengan inovasi teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan komunitas.
E. Unit 5 Stereotip, Diskriminasi, dan Bullying
Stereotip. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Jumalis Walter Lippmann (1992), yang dimaknai sebagai the little pictures we carry around inside our head, di mana gambaran-gambaran tersebut merupakan skema mengenai kelompok.
Stereotip adalah proses kognitif, bukan emosional, sehingga ia tidak selalu mengarah kepada tindakan yang sengaja dilakukan untuk melecehkan. Stereotip ini seringkali digunakan untuk menyederhanakan dunia tanpa melihat perbedaan-perbedaan yang detail di dalamnya. Contohnya, seseorang akan terkejut jika menjumpai sopir taksi perempuan, karena profesi sopir taksi biasanya dijalankan oleh laki-laki.
Prasangka atau Prejudice. Penilaian yang telah dimiliki sebelumnya terhadap suatu kelompok dan masing-masing anggota kelompoknya. Pada dasarnya, prasangka bisa bersifat positif, bisa pula bersifat negatif.
Diskriminasi. Diskriminasi merupakan perilaku negatif atau membahayakan terhadap anggota kelompok tertentu semata-mata karena keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Swim (dalam (Byrne, 1991) menyatakan bahwa diskriminasi adalah tindakan negatif terhadap orang yang menjadi obyek prasangka seperti rasial, etnik, agama, sehingga dapat dikatakan bahwa diskriminasi adalah prejudice in action.
Perundungan. Istilah “bully” dalam Bahasa Inggris bermakna menggertak atau menindas. Kata bullying ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan perundungan. Secara sederhana, perundungan merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Perundungan biasanya dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis; fisik, verbal, dan mental.
Untuk Rangkuman PPKn Semester 1 dan 2 Kelas 11 Kurikulum Merdeka, secara lengkap dapat dilihat dengan cara klik gambar berikut :
Demikian informasi tentang Rangkuman PPKn BAB 3 Kelas 11 Kurikulum Merdeka yang bisa Sinau-Thewe.com bagikan, semoga ada manfaat didalamnya dan terima kasih.
0 Response to "Rangkuman PPKn BAB 3 Kelas 11 Kurikulum Merdeka"
Post a Comment